Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu..
Andai saja cintamu seperti cintaku..-Sheila On 7-
Sepanjang hari, Dini memikirkan mimpinya itu. Dan lagi-lagi di kelas ia tidak konsentrasi sehingga nilai kuis dadakannya tadi buruk sekali. Ah, Dini menghela nafas panjang. Ia terus memikirkan mimpinya, berfikir apakah baik jika mimpi itu jadi kenyataan. Mungkin itu baik untuknya mengingat ia sudah memendam rasa ini selama 2 tahun. Lama kelamaan ia merasa lelah karena hanya bisa terus menerus pasrah seperti ini, tidak bergerak.
Akhirnya ia menceritakan mimpi itu kepada teman-temannya. Dan reaksi mereka beragam.
"Wah, bukannya gw mau bikin lo putus asa ya..Tapi gw pernah denger katanya mimpi itu berkebalikan dari kenyaaan. Jadii, kalo lo mimpi begitu berarti... Ah, tapi ga tau juga deh", komentar Flo.
"Kalo menurut gw sih mimpi itu alam bawah sadar lo, jadi itu keinginan lo yang terbesar sekarang, lo pengen nyatain cinta ke Octo. nah, sekarang tinggal lo-nya aja mau gimana, mau ngewujudin mimpi atau ya begini-begini aja", pendapat Angel.
"Iya, makanya buruan deh lo nyatain perasaan lo ke dia, secara bentar lagi dia udah mau lulus, ga ada kesempatan lagi lho.." Via memotivasi Dini.
"Iya, din. Ntar lo nyesel kalo dia udah lulus trus lo ga punya kesempatan lagi"tambah Ina.
Dini memikirkan ucapan teman-temannya. Benar juga kata Via, sebentar lagi dia akan lulus. Entah kapan bisa bertemu lagi dengannya, itu pun kalau ia masih bisa bertemu.
Tiba-tiba Flo berkata sambil memberi tanda dengan mimik wajahnya,"Dini!"
Dini kaget, namun ia sudah bisa membaca arti perkataan Flo. Octo berdiri di depan ruang dosen, tampak baru keluar dari ruangan tersebut. Ruangan itu tidak jauh dari tempat mereka berkumpul sekarang, dan seharusnya Octo akan lewat di dekat mereka karena tempat mereka dekat dengan lift yang harus dinaiki Octo apabila ia mau turun dari lantai 5 ini. Hari ini ia mengenakan jaket biru dengan celana jins serta sepatu warna senada sambil membawa tas ranselnya. Benar saja, Octo berjalan ke arah mereka sambil menatap lurus ke depan atau ke samping. Saat Octo lewat di dekat mereka, Angel, teman Dini yang paling supel, menyapa Octo,"Koko Octo! hehehe..". Dan Octo hanya membalas sapaan itu dengan gerakan kepala dan sedikit senyum di wajahnya. Ya, sedikit sekali, bahkan wajahnya nyaris tanpa ekspresi.
Saat Octo telah masuk ke dalam lift, Dini berkata,"Astaga, dia ga punya jaket warna lain apa ya? Hari senin ama selasa kemaren juga dia pake jaket yang sama. Jangan-jangan punya banyak kali ya dia jaket model begitu?"
Mereka tertawa menyadari hal tersebut. Tiba-tiba Angel mengusulkan ide brilian."Ah, gw tau din.. Lo beliin jaket aja buat dia."
-to be continue-
0 comments:
Post a Comment